Berita
SMPK Mardi Wiyata Malang, Bangun Spirit, Siswa Kembali Termotivasi

Ditulis tanggal 26 Apr 2021 08:44:43


SMPK Mardi Wiyata bijaksana menyikapi pekan pertama Pembelajaran Tatap Muka (PTM) Terbatas. Siswa tidak langsung belajar. Tidak langsung menerima materi yang termuat di kurikulum. Di hari pertama, guru memberikan penyegaran psikologis pada mereka.

Karena satu tahun bukan waktu yang sebentar belajar dari rumah secara daring. Ada banyak kendala, tantangan bahkan permasalahan baik teknis maupun non teknis. Sedikit banyak itu membuat anak tertekan bahkan depresi.

Hari pertama PTM pada Senin (19/4) lalu, guru SMPK Mardi Wiyata mengumpulkan peserta didiknya. Hari pertama siswa kelas VII. Dan dilanjutkan hari kedua untuk siswa kelas VIII.

Mereka mendapat terapi psikologis. Langsung dari guru dan kepala sekolah. Tempatnya di ruang terbuka dengan protokol kesehatan yang ketat. Memakai masker dan berjarak lebih dari satu meter.

Kepala SMPK Mardi Wiyata Fr. Drs. M. Christoforus, BHK tidak ingin anak didiknya “terkejut” di hari pertama ke sekolah. Maka mereka disambut dengan alunan musik yang menyejukkan. Diselingi dengan kata-kata motivasi yang dapat mengembalikan semangat belajar.

Frater Christoforus yang juga mengisi materi, perlahan tapi pasti menyampaikan nilai-nilai karakter. Seperti bersikap santun dan berkasih sayang pada sesama. “Nilai-nilai akademik itu bukan yang pertama, karena kualitas diri seseorang diukur dari baiknya budi pekerti,” katanya saat menyampaikan materi.

Para siswa terlihat tenang dan menikmati kegiatan ini. Meskipun pada awalnya tatapan mereka kosong, karena masih baru pertama ke sekolah. Namun secara perlahan mulai fokus dan menyatu dalam kegiatan.

Satu per satu kepala sekolah membagikan selembar kertas. Selanjutnya siswa diminta untuk menuliskan perasaan hati mereka di kertas itu. Tapi hanya dengan satu kata saja. Tidak lebih.

Dengan satu kata itu cukup mewakili isi hati siswa yang sesungguhnya. Serta tidak membebani anak untuk berpikir keras merangkai sebuah kalimat. Hasilnya, cukup beragam. Tapi kebanyakan menulis kata “senang”.

Kata tersebut telah mewakili perasaan hati siswa di hari pertama sekolah. Motivasi mereka kembali tumbuh. Untuk menjadi bekal dalam menjalani kegiatan belajar mengajar di hari-hari selanjutnya.

Kepada New Malang Pos Fr Christoforus mengatakan, refleksi di hari pertama PTM untuk penyembuhan batin. Membangkitkan kembali semangat siswa yang terkubur selama lebih dari satu tahun. Bahkan aktivitas keremajaan siswa berhenti karena pandemi covid-19. “Anak-anak telah mengalami transisi yang mengerikan, maka kami perlu untuk memulihkan mereka kembali,” kata dia.

Sehingga menurutnya, sekolah akan lebih baik jika tidak memulai belajar tatap muka dengan berbagai instruksi materi pelajaran. “Sembuhkan dulu sakit hati mereka (siswa) lewat lagu-lagu dan permainan,” tambahnya.

Di pertemuan selanjutnya pun rencananya kegiatan tidak langsung pembelajaran murni. Guru akan menyajikan model-model belajar yang ringan dan rekreatif. Tidak terlalu serius. Sebagai upaya agar siswa beradaptasi secara perlahan. “Kalau kita langsung belajar kasihan anak-anak. Jadi perlu model belajar yang diselingi permainan agar suasana tetap menyenangkan,” terangnya.

Ia menegaskan bahwa proses pendidikan seharusnya lebih banyak membangun karakter kemanusiaan untuk menjadi manusia. Tidak terlalu membesarkan kemampuan otak. “Karena kemampuan IQ hanya 20 persen. Selanjutnya diperkuat dengan kecerdasan emosi, sosial, dan spiritual,” jelasnya.

Para siswa menanggapi dengan positif kegiatan ini. Rata-rata mengaku senang karena guru memulai belajar tatap muka dengan kegiatan motivasi.

Florean Salvia Widhi salah satu siswa kelas VII ini merasa menjadi siswa baru meskipun sudah hampir satu tahun menjadi siswa SMPK Mardi Wiyata. Karena baru pertama kali bertemu dengan teman-temannya. “Terimakasih ini sambutan yang menyenangkan bagi kami dari sekolah,” ujarnya.

Hal senada juga disampaikan Aurelius Gilbert Pranawa Respati. Ia tidak salah memilih SMPK Mardi Wiyata. Karena guru-guru di sekolah Jalan Semeru ini sangat mengerti kondisi dan perasaan anak didiknya. Terutama setelah melalui belajar daring selama satu tahun. “Kami merasa punya semangat baru di hari pertama ini,” ucap lulusan SD Kartika IV-1 Malang ini.

Waka Kurikulum SMPK Mardi Wiyata Sofia Ira Andriana, SE mengatakan, pekan pertama tatap muka para siswa mengikuti kegiatan pemulihan psikologis. Kegiatan ini berlangsung dari pukul 07.30 hingga pukul 10.00 WIB. Selama pemulihan itu, para siswa kembali disadarkan pada disiplin belajar yang semestinya. “Karena belajar secara daring tentu sangat berbeda dengan tatap muka. Mak kami berharap anak-anak mulai menyesuaikan diri dengan sistem belajar di sekolah,” ucapnya. (imm/sir)

 


Artikel ini telah tayang di Malang Pos dengan judul SMPK Mardi Wiyata Malang, Bangun Spirit, Siswa Kembali Termotivasi


Berita Lainnya