Berita
Perayaan Syukur HUT ke-63 Yayasan Mardi Wiyata, Berani Tantangan, Tak Henti Berinovasi

Ditulis tanggal 12 Okt 2021 11:11:53


Pandemi covid-19 telah merubah banyak hal. Tak terkecuali di bidang pendidikan. Selama hampir dua tahun sejak pandemi, model belajar mengajar banyak mengalami perubahan. Selama kurang lebih satu setengah tahun siswa belajar secara daring.

Tidak hanya terkait dengan proses belajar mengajar, di sektor pengembangan lembaga pun cukup mengalami kendala. Karena pandemi telah membuat kreativitas dan ruang gerak manusia menjadi terbatas.

Dalam kondisi sulit itu, guru sekolah Mardi Wiyata dituntut harus berani. Tidak ada alasan untuk tidak berinovasi. Sistem daring bukan penghalang untuk guru berkreativitas. Justru disitulah tantangan itu ada. Tantangan yang membuat guru semakin hebat dan kreatif.

Itulah yang disampaikan oleh Ketua Yayasan Mardi Wiyata, Fr. M. Polikarpus, BHK., SE., M.Pd. Dalam acara Perayaan Syukur HUT ke-63 Yayasan Mardi Wiyata, Sabtu (9/10) lalu, Frater Poli sapaan akrabnya menegaskan, guru harus berani menghadapi tantangan. Dalam kondisi sulit seperti saat ini dibutuhkan karya-karya hebat agar mutu pendidikan di sekolah Mardi Wiyata tetap terjaga.
Frater Poli  mengatakan pihak yayasan sudah memfasilitasi beberapa agenda untuk meningkatkan skill dan keterampilan IT. Dengan tujuan agar guru Mardi Wiyata semakin siap untuk melaksanakan kegiatan belajar mengajar berbasis online atau digital. “Kami sudah memfasilitasi dengan pelatihan dan workshop, agar guru kami semakin inovatif,” ungkapnya.

Pria ramah ini juga mengatakan selain skill dan keterampilan bidang digital, di era pandemi harus bisa meningkatkan sinergitas antar unit kerja lembaga. Satu sama lain harus saling menguatkan. Terlebih saat ini sudah mulai diterapkan Pembelajaran Tatap Muka Terbatas (PTMT). “Harus berani, pandemi ini harus kita lawan. Salah satunya sudah kita terapkan dengan pembelajaran luring terbatas,” tambahnya.

Untuk memberikan rasa aman bagi peserta didik, para guru dan karyawan Mardi Wiyata sudah divaksin. Dan seluruh sekolah Mardi Wiyata di Indonesia sudah melaksanakan tatap muka terbatas. “Kami mengikuti aturan pemerintah, maksimal masih 50 persen dari jumlah siswa yang tatap muka,” ujarnya.Dan dalam waktu dekat Yayasan Mardi Wiyata akan menggelar pertemuan dengan para kepala sekolah. Dalam rangka workshop kepala lembaga untuk peningkatan mutu sekolah. “Satu langkah berani yang kami ambil karena kegiatan ini akan kami gelar secara langsung pada November mendatang,” katanya.Sementara itu, Perayaan Syukur HUT ke-63 Yayasan Mardi Wiyata berlangsung sederhana. Namun tetap sarat makna. Kegiatan ini digelar secara daring dan luring. Hanya beberapa guru dan kepala sekolah saja dari Sub Perwakilan Malang yang hadir. Selebihnya mengikuti secara live di akun YouTube.

Dalam kegiatan ini Yayasan Mardi Wiyata memberikan penghargaan kepada guru dan tenaga kependidikan yang sudah masuk masa purna tugas. Ada sebanyak 18 orang. Dan penghargaan seorang guru yang telah mencapai 25 tahun mengabdi.

Perayaan Syukur juga digelar oleh seluruh sekolah Mardi Wiyata di Indonesia. Melalui Sub Perwakilan masing-masing wilayah. Yayasan Mardi Wiyata sendiri memiliki 22 unit kerja lembaga pendidikan. Tersebar di berbagai wilayah Nusantara.

Di usianya yang kini menginjak 63 tahun, itu berarti sudah ribuan alumni yang dihasilkan. Mereka telah menjadi orang-orang hebat yang berkiprah untuk kemajuan bangsa dan negara. Sumbangsih Yayasan Mardi Wiyata untuk Tanah Air sudah tidak diragukan lagi.

Frater Poli mengatakan, berbagai upaya untuk kemajuan lembaga terus digencarkan. Salah satu yang tak pernah berhenti dilakukan adalah peningkatan kualitas dan kompetensi guru. Hal itu seiring dengan kemajuan ilmu dan teknologi yang berkembang pesat.

Apalagi di era disruptif seperti saat ini. Pembinaan pada guru terus dilakukan oleh yayasan Mardi Wiyata demi memberikan yang terbaik untuk peserta didik. “Yang selalu kita perhatikan adalah kualitas SDM guru,” kata dia.

Satu terobosan strategis yang dilakukan Yayasan Mardi Wiyata dalam hal peningkatan SDM yakni memberikan beasiswa kepada guru untuk studi lanjut. Program ini sudah berjalan untuk angkatan ketiga. Sejauh ini sudah ada 23 guru yang studi lanjut dari beasiswa tersebut. Semuanya di Universitas Negeri Malang (UM).

“Harapannya guru-guru kami semakin kompeten, kreatif dan memiliki daya saing. Ilmu mereka akan diterapkan di unit kerja masing-masing. Karena hanya SDM lah yang mampu memberikan harapan dan perubahan di lembaga pendidikan kami,” tuturnya.

Pria yang sedang menempuh studi Program Doktor (S3) Prodi Manajemen Pendidikan UM ini berharap Yayasan Mardi Wiyata bersama seluruh Unit Kerjanya tumbuh dan berkembang, meskipun di tengah pandemi. “Harapan ini tentu tidak mudah, dibutuhkan perjuangan dan kerjasama team work yang baik di tingkat yayasan, sub perwakilan dan unit kerja,” pungkasnya. (adv/imm)

Artikel ini telah tayang di Malang Pos dengan judul Perayaan Syukur HUT ke-63 Yayasan Mardi Wiyata, Berani Tantangan, Tak Henti Berinovasi


Berita Lainnya