Ditulis tanggal 6 Nov 2019 12:35:11
Catatan Pesona Budaya Nusantara 2019 SMAK Frateran Malang
Berawal dari sebuah kerisauan, bahwa kedahsyatan kemajuan teknologi telah pelan-pelan mencabut manusia dari akar-akar budayanya, maka lahirlah sebuah even “Pesona Budaya Nusantara.” SMAK Frateran Malang sadar benar bahwa ketika manusia meninggalkan budayanya sesungguhnya ia telah kehilangan keutuhan kemanusiannya, ia kehilangan jati dirinya. Maka sejalan dengan visi dan misi sekolah yang hendak mengantarkan para lulusan menjadi pribadi-pribadi yang utuh, seluruh kegiatan sekolah diupayakan diwarnai dan diresapi dengan nilai-nilai budaya. Seluruh kegiatan pembelajaran, kegiatan ekstra kurikuler, pembiasaan, pendampingan dan pembimbingan dibungkus dengan nilai-nilai karakter yang telah diwariskan oleh nenek moyang dan dimurnikan oleh nilai-nilai Injili.
Kegiatan bertajuk “Pesona Budaya Nusantara” telah berlangsung semarak pada tanggal 2 November 2019 di kompleks SMAK Frateran Malang. Kegiatan ini mencoba memadukan tiga kegiatan sekaligus yang meliputi Pameran Budaya Nusantara, Workshop Topeng Malangan, dan Lomba Tari Malangan serta Musikalisasi Puisi. Kegiatan semakin meriah tatkala para siswa melengkapinya denga tampilan-tampilan khas SMAK Frateran Malang seperti karawitan, music keroncong, fashion busana daerah, dan sajian-sajian lainnya. Meski kegiatan ini baru pertama kali diselenggarakan, namun respon masyarakat Malang, khususnya pencinta budaya nusantara, sungguh menggembirakan. Justru dari merekalah muncul dukungan, ketika SMAK Frateran Malang bermimpi ingin menjadi ajang belajar budaya bagi generasi muda. Sejumlah pihak mendukung sengan berbagai cara demi terwujudnya impian tersebut. Mimpi ini tentu harus dibahas dan disikapi lebih serius dalam bentuk perencanaan dan tindak lanjut konkret.
Lomba tari tradisional Malangan dan musikalisasi puisi hanyalah sebuah sarana untuk menggerakkan masyarakat pendidikan Malang Raya, untuk ikut menghidupkan gerakan budaya nusantara di sekolah masing-masing. Ibaratnya, SMAK Frateran Malang sedang menebarkan virus Budaya, agar menular dan berkembang ke masyarakat luas, khususnya masyarakat pendidikan. Kegiatan rintisan ini tentu akan dilanjutkembangkan pada tahun-tahun berikutnya. Harapannya, kecuali mampu menggerakkan masyarakat pendidikan untuk mencintai budaya nusantara, juga mampu mengangkat SMAK Frateran sebagai sekolah yang berwawasan budaya. Ide dan mimpi besar akan tinggal konsep jika tidak ada tindak lanjut. Oleh karenanya, semua pihak, khususnya warga pendidikan Yayayan Mardi Wiyata diajak untuk bahu-membahu mewujudkan mimpi tersebur. Dukungan dari Yayasan Mardi Wiyata dan Kongregasi Frater Bunda Hati Kudus tentu sangat diharapkan demi tercapainya cita-cita ini. Semuanya demi eksistensi Mardi Wiyata dalam mengarungi perubahan jaman yang semakin tak terkendali. Semoga!
Penulis: Markus Basuki, M. Pd. (Kepala Sekolah SMAK Frateran Malang)